Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Korea Selatan
Korea yang
dulunya bersatu, pada tahun 1948 pecah 2 menjadi Korea Utara dan Korea
Selatan. Korea Utara yang berpaham komunis, sedang Korea Selatan adalah
negara presidential seperti negara demokrasi lainnya.
Korea
Selatan merupakan bagian dari negara di Asia yang memiliki kecanggihan
teknologi yang paling maju saat ini. Bahkan mendapat julukan “Macan
Asia” seperti saudaranya negara Jepang.
Kemajuan
yang dibangun bukan hanya untuk penyelengaraan teknologi Informasi,
namun juga sarana perhubungan semua terintegrasi cukup memakai semacam
ID Card dapat dipergunakan untuk pembayaran berbagai jenis layanan:
belanja, bayar listrik, telepon hingga kendaraan umum.
Penggunaan
kartu serba guna ini disamping sebagai KTP, namun juga kredit card.
Aplikasi yang tersedia disemua sudut kota sehingga mengurangi resiko
kehilangan uang dan juga sebagai pelacak lokasi apabila dinyatakan
hilang.
Industri
otomotif dan elektronik bermunculan dari negara ini dan mendapat
sambutan baik semua produknya. Pengguna di Indonesia sudah
mengenal poduk-produk seperti produk mobil KIA, Hyundai, produk
elektronik LG. Bagi dunia internet, maka korealah juaranya. Internet
dengan mudah diakses diseluruh sudut kota dan yang lebih hebatnya gratis
dan wus wus.. wus.. cepat…!!!
Keamanan
dan kenyamanan pengguna fasilitas umum sangat diutamakan, kebanyakan
warga setempat lebih menyukain menggunakan kendaraan umum untuk
bepergian dibanding kendaraan pribadi. Berangkat ke kantor hingga
bertamasya penggunaan kendaraan umum sudah tersedia lengkap dan nyaman.
Arsitektural
korea mencapai keemasan dengan suksesnya pelaksanaan Korean Air Show
2009. Dimana lahan yang dipakai adalah diatas laut hingga proses
pembangunannya mendapat perhatian khusus dari NGC (National Geographic
Channel) dalam acaranya yang bertajuk World Biggest Building.
Disamping
teknologi juga kesenian dan budaya korea sering mengadakan kunjungan
kenegara-negara didunia juga mengadakan pagelaran seni dari seluruh
dunia untuk tampil di Korea. Seni peran baik itu drama, cinema maupun
sinetron banyak digemari di Indonesia dan negara lain.
Kemajuan
teknologi yang diraih Korea bukan hasil temuan begitu saja, namun
kerjasama pemerintah dan lembaga-lembaga independen yang begerak dalam
pengembangan kemajuan teknologi berjalan serasi. Dan masyarakatpun
menunjang sarana tersebut dengan ikut menjaga dan merawatnya.
Korsel
nyata-nyata telah berhasil memerdekaan dirinya dari belenggu kemiskinan
ilmu pengetahuan dan ketidakmampuan teknologi. Tak diragukan, Korsel
telah menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat
dan dalam waktu sekitar 30 tahun telah beralih menjadi negara industri.
Suatu proses yang lumayan singkat ditandai sejak dicanangkannya Rencana
Pembangunan Ekonomi Lima Tahun pada tahun 1962 yang perlahan namun pasti
meningkatkan nilai ekspor dan GNP.
Karakteristik inovasi iptek Korea Selatan
Kaitan
langsung antara industrialisasi dengan ilmu pengetahuan dan teknologi
(iptek), maka boleh dikatakan perkembangan industri di suatu negara
merupakan cerminan dari perkembangan inovasi iptek. Sedangkan Korsel
justru memiliki karakteristik terbalik yaitu perkembangan inovasi
merupakan cerminan dari perkembangan industri. Dengan demikian bisa
dikatakan industri Korsel tumbuh lebih dahulu kemudian menyediakan acuan
bagi arah perkembangan inovasi teknologi. Kecenderungan ini mungkin
agak serupa dengan Jepang maupun Taiwan yang melakukan lompatan industri
kemudian mencoba mengurai ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi
pijakan industri tersebut.
Perlu
ditekankan pula model pengambilalihan atau akuisisi teknologi demi
industrialisasi dimulai dengan kebijakan alih teknologi dari luar.
Korsel memiliki dua tujuan dalam program ini yaitu, memulai proses alih
teknologi dari luar dan meningkatkan kapasitas daya serap domestik dalam
hal mencerna, memodifikasi dan mengembangkan teknologi asing. Pada saat
itu Korsel hampir secara keseluruhan bergantung pada teknologi dari
luar.
Perlu dicatat dalam hal ini adalah pola kebijakan penggunaan lisensi asing (foreign licensing)
dalam menjalankan praktek akuisisi teknologi asing, berbeda dengan cara
beberapa negara di kawasan Asia Tenggara yang menerapkan kebijakan
investasi asing langsung (foreign direct investment). Tentu saja
penggunaan foreign licensing bukanlah yang dominan karena pada saat awal
Korsel tegak kembali, dia tidak cukup memiliki uang untuk membeli
lisensi asing. Disamping itu, Korsel mendapat keuntungan berupa
pembelajaran teknologi, penataan produksi maupun pembuatan barang-barang
orisinil yang diperoleh dari pembelian lisensi asing untuk industri
ringan pengganti barang-barang impor.
Karakteristik
yang juga unik adalah tumbuh dan berkembangnya berbagai lembaga ilmu
pengetahuan dan teknologi nasional yang menjadi inkubator atau lembah
silicon ala Korsel.
Evolusi inovasi iptek di Korea Selatan
Korsel
juga menderita segala kekurangan setelah dijajah Jepang. Selepas
perang saudara, modal awal yang dimiliki Korsel adalah lembaga
penelitian dan pengembangan pertahanan nasional dan badan penelitian
energi atom yang didirikan tahun 1959. Pada tahun 1960-an Korsel mulai
belajar dari negara lain terutama Amerika Serikat dalam mengembangkan
riset bidang industri ringan. Pada periode 1970 an, Korsel mulai
berkonsentrasi pada pengembangan industri mesin dan industri kimia. Pada
periode tersebut pemerintah Korsel mendirikan badan riset pemerintah
(Government Research Institute, GRI) dalam bidang permesinan dan kimia.
Sementara
kita sekarang sedang mengalami fenomena ”brain drain” (Brain Drain ke
Negara Maju Terus Meningkat, www.detik.com, 20 Juli 2007), Korsel
semenjak tahun 1970-an sudah mencoba mengantisipasi keadaan tersebut.
Pada masa tersebut, bermacam-macam lembaga riset didirikan (ditandai
dengan berdirinya Korea Institute of Science & Technology pada tahun
1966), dengan berbagai kekhususan bidang penelitian demi membantu
industri menyerap dan menerapkan teknologi. Lahirnya pusat-pusat
penelitian tersebut (kini tak kurang dari 22 lembaga riset bekerja
secara sinergis) mengundang kembali para ilmuwan yang tersebar di
berbagai negara lain untuk memberikan sumbangsih pikiran dan tenaga
membantu kalangan industri dalam menerapkan teknologi baru disamping itu
mengembangkan kemampuan bidang teknologi ala Korsel. Walaupun demikian,
uniknya baru pada periode 1980-an Korsel mulai terlihat aktif dan
serius mengembangkan inovasi riset asli bangsa sendiri. Jika dihitung
hingga masa sekarang, maka 20 tahun waktu yang diperlukan oleh Korsel
untuk mencapai keadaan seperti sekarang boleh dikatakan bukan evolusi
melainkan revolusi.
Faktor umum penggerak evolusi iptek Korea Selatan
Terlepas
dari masalah peran Amerika Serikat yang demikian besar di masa awal
pembangunan kembali korsel setelah perang saudara, (presiden Science
& Technology Policy Institute, STEPI Korea Selatan sempat
menunjukkan ekspresi ketidaksenangan ketika menanggapi pernyataan ini
dalam sebuah seminar), namun Korsel sendiri sesungguhnya juga
mencanangkan program riset dan pengembangan ala Korsel yang disebut
“Indigious R&D for Technological Competitiveness”. Program ini mulai
aktif semenjak tahun 1980 disaat pertumbuhan industri Korsel semakin
pesat dan kompleks dan negara-negara maju yang sebelumnya adalah rekanan
bisnis mulai memandang Korsel sebagai pesaing kuat.
Secara
umum, faktor-faktor yang telah mempengaruhi perkembangan inovasi iptek
Korsel adalah penerapan secara sinergis strategi pemerintah dan kaum
industriawan untuk senantiasa mencari sumber-daya, pasar maupun
teknologi di luar Korsel (outward looking), kebijakan pembangunan dengan
target industrialisasi, kebijakan dengan orientasi industri besar,
tersedianya sumber daya manusia yang memadai, dan pembangunan
infrastruktur iptek yang dimotori oleh pemerintah. Tak pelak kekuatan
menonjol dari perkembangan inovasi Korsel adalah komitmen kuat
pemerintah terhadap pengembangan iptek berbasis teknologi nasional
ditunjukkan dengan membidani lahirnya puluhan pusat riset yang menjadi
tenaga penggerak alias driving force bagi dinamika evolusi perkembangan
iptek Korsel.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
Kegiatan
ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang
mempelajari flora Indonesia dan Rompiusdengan karyanya yang terkenal
berjudul Herbarium Amboinese. Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch
Genotschap van Wetenschappen. Dalam tahun 1817, C.G.L. Reinwardt
mendirikan Kebun Raya Indonesia (S\'land Plantentuin) di Bogor. Pada
tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk
Raad voor Nederlandsch Indie. Kemudian tahun 1948 diubah menjadi
Organisatie voor Natuurwetenschappelijk onderzoek (Organisasi untuk
Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA).
Badan ini menjalankan tugasnya hingga tahun 1956.
Pada
tahun 1956, melalui UU no. 6 tahun 1956 pemerintah Indonesia membentuk
Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok:
- Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
- Memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan.
Kemudian
pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional
(DURENAS) dan menempatkan MIPI didalamnya dengan tugas tambahan:
membangun dan mengasuh beberapa Lembaga Riset Nasional. Dan tahun 1966
pemerintah merubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset Nasional
(LEMRENAS).
Pada
bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan LEMRENAS dan MIPI dengan SK
Presiden RI no. 128 tahun 1967, kemudian berdasarkan Keputusan MPRS no.
18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
dan menampung seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI, dengan tugas pokok
sebagai berikut:
- Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
- Mencari kebenaran ilmiah di mana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
- Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (sejak 1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Keppres no. 179 tahun 1991).
Sejalan
dengan perkembangan kemampuan nasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, organisasi lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia telah pula
mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu dipandang perlu
untuk mengadakan peninjauan dan penyesuaian tugas pokok dan fungsi serta
susunan organisasi LIPI sesuai dengan tahap dan arah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka Keppres no. 128 tahun 1967, tanggal 23
Agustus 1967 diubah dengan Keppres no. 43 tahun 1985, dan dalam rangka
penyempurnaan lebih lanjut, tanggal 13 Januari 1986 ditetpkan Keppres
no. 1 tahun 1986 tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan
terakhir dengan Keppres no. 103 tahun 2001
Perbandingan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Di Korea dan Indonesia
Bicara
tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Korea dan di
Indonesia dapat kita lihat dari berbagai segi dari bidang tersebut. Ilmu
pengetahuan dan teknologi merupakan bagian terpenting dalam
perkembangan suatu Negara, terutama di era globalisasi seperti saat ini,
dimana segala sesuatunya menjadi serba transparan.
Di
era globalisasi seperti sekarang ini dibutuhkan segala sesuatu yang
dapat mempermudah manusia dalam melakukan aktifitas. segala sesuatunya
dilakukan dengan prinsip kepraktisan dan tidak mengenyampingakan
keamanannya.
Di
Korea perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat.
Korea sekarang berdiri sejajar dengan Negara-negara maju lainnya. Korea
dapat seperti sekarang ini tidak lepas dari lembaga-lembaga riset yang
dimilikinya. Korea memiliki belasan lembaga riset yang selalu melakukan
penelitian untuk menemukan hal-hal atau sesuaut yang baru. Berbeda
halnya dengan Indonesia, lembaga penelitian di Indonesia bisa dikatakan
jauh dari cukup.
Perkembangan
dari ilmu pengetahuan dan teknologi suaut Negara tidak lepas dai
kualitas yang dimiliki oleh manusianya. Sumber daya menusia yang
dimiliki harus dapat dimanfaatkan sebaik mungkin. Salah satu
penunjangnya ialah lembaga pendidikan, khususnya dalam hal ini
Universitas atau Perguruan Tinggi.
Sebenarnya,
dalam hal jumlah sumber daya manusia, Indonesia tidak kalah dari Korea.
Indonesia yang mememiliki jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta
jiwa seharusnya dapat lebih maju di bandingkan Korea yang memilki jumlah
penduduk yang lebih sedikit. Namun, hal unu berbanding terbalik. Ini
kurangnya perhatian pemerintah dalam pemanfaatan sumber daya manusia
yang dimiliki.
Secara
kualitas memang tidak semua sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia
berada di bawah sumber daya manusia yang dimiliki korea. Hal ini dapat
kita buktikan dengan banyaknya putra-putri Indonesia yang mendapatkan
pengahargaan dalam ajang internasional, terutama dalam bidang sains.
Namun sekali lagi yang dipertanyakan adalah perhatian pemerintah
terhadap mereka. Bisa jadi dengan pemanfaatan sumber daya menusia yang
baik, kelak Indonesia dapat berdiri sejajar dengan Negara maju seperti
Korea dan Jepang.
0 komentar:
Posting Komentar